Dua hari berlalu, dan aku baru saja selesai membaca buku satu ini, Sakinah Bersamamu.
Buku favorit dari pengarang favorit juga, siapa lagi kalau bukan Bunda
Asma Nadia. Beliau luar biasa. Terkadang aku hanya mampu berdecak kagum,
bagaimana bisa ia hadirkan cerita-cerita tersebut? Allahu... Tak ada
yang tak mungkin bukan bagi Allah.. :)
Ah, marilah fokus ke buku satu ini. Di dalam buku Sakinah Bersamamu ini, ada 17 cerpen dan 17 pembahasan seputar dunia pernikahan. Mulai dari menjembatani perbedaan karakter sampai pada bakti kepada suami dan menjaga cinta agar tetap pelangi. Rasanya aku terlalu kerdil untuk menceritakan apa yang ada di dalam buku ini. Aku merasa belum cukup mampu. Pun aku ini masih harus belajar banyak, untuk mempersiapkan diri memasuki 'sekolah baru'. Sekolah baru ?
Yaa.. Aku menamainya sekolah baru. (kenapa bisa?) Tentu saja! Bagiku, pernikahan bukan hanya menyatukan dua orang dalam bingkai halal. Lebih jauh dari itu, di dalamnya akan nampak begitu banyak hal yang berbeda. Bahkan berbeda jauh dari apa yang pernah kita alami saat sendiri. Kita diminta untuk tidak egois, bisa memahami satu sama lain, dan juga harus menyiapkan ekstra sabar untuk menghadapi segala kemungkinan. Untuk itu, kita harus terus belajar. Karena setelah menikah, bukan hanya hati kita yang harus dijaga agar tetap baik, ada hati suami, hati anak-anak, hati orang tua dan juga mertua.
Menjadi istri bukanlah sebuah hal yang patut disepelekan. Ada banyak hal yang harua dibenahi dari dalam diri, agar bisa menjadi lebih baik. Lebih baik untuk bisa mendampingi suami, lebih baik untuk menambah bakti suami terhadap orang tua , bukan malah menjauhkan. Juga ada lagi satu pe er yang benar-benar harus disiapkan, karena suatu hari nanti, Allah akan memberimu kesempatan untuk menjadi seorang ibu. Di sanalah perjuangan barumu dimulai. Mendidik anak agar bisa menjadi orang yang baik, bukan hanya di mata manusia, terlebih di hadapan Allah.
Ahh.. Beberapa kali bayangan indah akan sebuah pernikahan yang kurindukan itu seperti sebuah slide yang jelas berada di hadapanku. Namun dari realita yang ada, memecah bayangan indah itu dan menggantinya menjadi sebuah mimpi buruk yang membuatku menciut. Tapi hati tak boleh goyah hanya karena bayangan yang menghantui. Ada Allah... Ada Allah... Hatiku kembali menguatkan. Dan aku kembali meluruskan niatku untuk menikah karena Allah. Yaa.. Semata-mata karena Allah..
Semoga masih akan tetap sama..
Bila yakin tlah tiba
Teguh di dalam jiwa
Kesabaran menjadi bunga
Dan waktu terus berlalu
Penantian tak berarti sia-sia
Saat perjalanan adalah pencarian diri
*lantunan nasyid Seismic - Menjemput Bidadari menemaniku siang ini, di tengah-tengah kesibukan siang ini... :)
Ah, marilah fokus ke buku satu ini. Di dalam buku Sakinah Bersamamu ini, ada 17 cerpen dan 17 pembahasan seputar dunia pernikahan. Mulai dari menjembatani perbedaan karakter sampai pada bakti kepada suami dan menjaga cinta agar tetap pelangi. Rasanya aku terlalu kerdil untuk menceritakan apa yang ada di dalam buku ini. Aku merasa belum cukup mampu. Pun aku ini masih harus belajar banyak, untuk mempersiapkan diri memasuki 'sekolah baru'. Sekolah baru ?
Yaa.. Aku menamainya sekolah baru. (kenapa bisa?) Tentu saja! Bagiku, pernikahan bukan hanya menyatukan dua orang dalam bingkai halal. Lebih jauh dari itu, di dalamnya akan nampak begitu banyak hal yang berbeda. Bahkan berbeda jauh dari apa yang pernah kita alami saat sendiri. Kita diminta untuk tidak egois, bisa memahami satu sama lain, dan juga harus menyiapkan ekstra sabar untuk menghadapi segala kemungkinan. Untuk itu, kita harus terus belajar. Karena setelah menikah, bukan hanya hati kita yang harus dijaga agar tetap baik, ada hati suami, hati anak-anak, hati orang tua dan juga mertua.
Menjadi istri bukanlah sebuah hal yang patut disepelekan. Ada banyak hal yang harua dibenahi dari dalam diri, agar bisa menjadi lebih baik. Lebih baik untuk bisa mendampingi suami, lebih baik untuk menambah bakti suami terhadap orang tua , bukan malah menjauhkan. Juga ada lagi satu pe er yang benar-benar harus disiapkan, karena suatu hari nanti, Allah akan memberimu kesempatan untuk menjadi seorang ibu. Di sanalah perjuangan barumu dimulai. Mendidik anak agar bisa menjadi orang yang baik, bukan hanya di mata manusia, terlebih di hadapan Allah.
Ahh.. Beberapa kali bayangan indah akan sebuah pernikahan yang kurindukan itu seperti sebuah slide yang jelas berada di hadapanku. Namun dari realita yang ada, memecah bayangan indah itu dan menggantinya menjadi sebuah mimpi buruk yang membuatku menciut. Tapi hati tak boleh goyah hanya karena bayangan yang menghantui. Ada Allah... Ada Allah... Hatiku kembali menguatkan. Dan aku kembali meluruskan niatku untuk menikah karena Allah. Yaa.. Semata-mata karena Allah..
Semoga masih akan tetap sama..
Bila yakin tlah tiba
Teguh di dalam jiwa
Kesabaran menjadi bunga
Dan waktu terus berlalu
Penantian tak berarti sia-sia
Saat perjalanan adalah pencarian diri
*lantunan nasyid Seismic - Menjemput Bidadari menemaniku siang ini, di tengah-tengah kesibukan siang ini... :)