Hujan, masih dengan keteguhannya merintih, menurunkan anak-anak langitnya untuk memberikan kehidupan pada bumi. Semua terasa dingin, hingga kehidupan di asrama kecil ini tak seramai biasanya.
Aku mencintai hujan dengan segala keteduhannya. Tanpa ada kata tapi. Aku mencintainya secara utuh. Hingga kurasa, saat aku bisa menyatu dengannya, dalam hujaman derasnya, aku bisa mengelabuhi seluruh dunia, bahwa apa yang luruh dari mataku bukanlah air mata, namun hujan yang turut membasahi mata. Namun, selamanya aku tak akan pernah bisa membohongi diriku sendiri, dan juga Tuhan.
Di penghujung November ini, kabar bahagia datang kembali. Ia serasa kabar yang dibawakan oleh harumnya hujan. Bahagia juga haru. Ahh, air mataku pun ikut menetes, seiring hujan yang kian deras.
Apa yang salah? Tak ada! Selamanya tak ada yang salah. Aku hanya harus menerima. Ini kabar bahagia bukan? Dia sudah bisa menerima wanita lain, seperti yang kau bilang dulu!
Iyaa.. Harusnya aku bahagia atas kabar ini. Yaa.. Aku bahagia, apalagi ketika kutahu kau akan menapaki jalan baru bersisian dengan dia yang aku tahu baik orangnya.
Bukan kau yang salah, namun aku! Ternyata, melupakan kenangan itu sulit bukan? Meski bukti kenangan itu telah kuenyahkan. Meski napak tilasnya telah kusengaja untuk tidak kukenang. Namun, tetap saja masih ada ruang yang terisi olehmu. Kau tahu kenapa? Karena kau adalah cerita di masa kecilku. Kau pernah hadir, meski di masa kita yang tidak seharusnya menumbuhkan perasaan. Biarlah, saat orang bilang cinta kita cinta monyet. Namun pada kenyataannya, kau mampu menjaganya hingga SMK bukan? Ahh sudahlah! Tak perlu diperpanjang atas pembelaanku ini.
Pertengahan desember tinggal menghitung hari. Kudoakan kau yang terbaik, semoga bahagia dengannya. Dengan wanita pilihanmu.. :)
Tepo, 301114
Aku mencintai hujan dengan segala keteduhannya. Tanpa ada kata tapi. Aku mencintainya secara utuh. Hingga kurasa, saat aku bisa menyatu dengannya, dalam hujaman derasnya, aku bisa mengelabuhi seluruh dunia, bahwa apa yang luruh dari mataku bukanlah air mata, namun hujan yang turut membasahi mata. Namun, selamanya aku tak akan pernah bisa membohongi diriku sendiri, dan juga Tuhan.
Di penghujung November ini, kabar bahagia datang kembali. Ia serasa kabar yang dibawakan oleh harumnya hujan. Bahagia juga haru. Ahh, air mataku pun ikut menetes, seiring hujan yang kian deras.
Apa yang salah? Tak ada! Selamanya tak ada yang salah. Aku hanya harus menerima. Ini kabar bahagia bukan? Dia sudah bisa menerima wanita lain, seperti yang kau bilang dulu!
Iyaa.. Harusnya aku bahagia atas kabar ini. Yaa.. Aku bahagia, apalagi ketika kutahu kau akan menapaki jalan baru bersisian dengan dia yang aku tahu baik orangnya.
Bukan kau yang salah, namun aku! Ternyata, melupakan kenangan itu sulit bukan? Meski bukti kenangan itu telah kuenyahkan. Meski napak tilasnya telah kusengaja untuk tidak kukenang. Namun, tetap saja masih ada ruang yang terisi olehmu. Kau tahu kenapa? Karena kau adalah cerita di masa kecilku. Kau pernah hadir, meski di masa kita yang tidak seharusnya menumbuhkan perasaan. Biarlah, saat orang bilang cinta kita cinta monyet. Namun pada kenyataannya, kau mampu menjaganya hingga SMK bukan? Ahh sudahlah! Tak perlu diperpanjang atas pembelaanku ini.
Pertengahan desember tinggal menghitung hari. Kudoakan kau yang terbaik, semoga bahagia dengannya. Dengan wanita pilihanmu.. :)
Tepo, 301114