Lembaran Imaji

Sebuah awal baru dan sebuah langkah baru untuk diriku sendiri. 

Pertama, terima kasih ya diriku sudah berjalan sejauh ini dengan banyak cerita yang telah kita lalui. Terima kasih sudah menjadi versi yang lebih baik dari dahulu. Memang benar ya, pengalaman bisa mendewasakan kita. Ucapan itu ada benarnya di usiaku yang sekarang sudah menginjak 31 tahun. 

Masih teringat, terakhir menulis di tahun 2020. Saat itu hanya ada Rayyan yang menjadi tulisan sehari-hari bagiku. Mood ibuk yang naik turun terjun bebas layaknya parasut yang tanpa rem. Hufhhhh... Sungguh perjalanan yang luar biasa yaa tahun-tahun awal pernikahan. Apalagi jika langsung Allah beri rezeki anak. Belum selesai mendalami peran sebagai istri, kini harus tambah peran menjadi ibu. Hehe.. 

Alhamdulillah.. 2024 ini adalah tahun ke-8 pernikahanku. Tak terasa waktu sudah melesat dengan cepatnya. Sungguh banyak momen-momen penting yang harusnya bisa kuabadikan di blog ini. Namun sayangnya aku memiliki struggle sendiri yang terasa seperti membungkamku dari dunia luar. Aku terasa mengkerut dan duniaku kemudian menjadi sangat kecil. 

Tapi alhamdulillah, semangat untuk menulis kembali itu kini sudah terasa lagi. Memulai lagi hal yang disukai itu pasti tidak mudah. Akan adaa saja tantangannya. Tapi aku yakin, selama yang kulakukan adalah hal yang baik dan benar, maka insya Allah akan ada jalan baik yang membawa keberkahan untukku, dan semoga saja bisa membawa kebaikan dan keberkahan juga untuk teman-teman yang mampir di blog ini. 

Salam hangat dari ibuk... 😊

Termasuk cerita kehilangan orang-orang tersayangnya di tengah pandemi corona sekarang ini. Kemarin sempat ada yang kehilangan orang tuanya sebab sakit jantung. Hingga pemakamannya tetap sesuai prosedur corona. Tak ada yang bisa mendampingi selain tenaga medis.

Di tengah situasi serupa ini, memang sulit untuk bertindak di luar kebiasaan. Seperti harus shalat tarawih di rumah, shalat ied di rumah, hingga silaturrahim pun hanya mampu dilakukan secara virtual. Namun, itulah hal yang terbaik yang bisa kita lakukan saat ini. Sebab dengan di rumah saja, kita sudah menjaga diri sendiri, keluarga, dan juga orang lain. Apa sulitnya menaati apa yang dianjurkan oleh pemerintah?

Taqabbalallahu minna waminkum... Mohon maaf lahir batin ya semua. Sematkan doa terbaik di tengah syukur perayaan idul fitri kali ini, agar Allah segera menghilangkan wabah yang melanda bumi ini. ❤️

Kita tidak pernah tahu bagaimana proses seseorang untuk berubah menjadi lebih baik setiap harinya. Kita tidak pernah tahu bagaimana seorang pendosa berusaha keras untuk memaafkan dirinya sendiri yang lalai di masa lalu. Bagaimana ia dengan bahu bergetar menangis memohon ampun pada Allah atas dosa-dosa yang ia lakukan. Kita pun tak pernah tahu, seberapa besar upayanya untuk menerima masa lalunya demi melanjutkan hidup.

Aku pernah, menyalahkan keadaaan ketika semesta tak memihak kemauanku. Saat aku merasa diabaikan, aku terus bergelung dalam pikiran negatif yang terus menggangguku. Meraung-raung minta dibebaskan. Hingga aku lelah menahan semuanya, dan tangislah menjadi satu-satunya jalan untukku meluapkan apa yang aku rasa.

Terkadang, menangis bukanlah pertanda bahwa kita lemah. Menangis bisa menjadi sebuah jalan agar hati kita bisa lebih lapang. Kemudian bisa memandang masalah dari sisi yang lain. Hidup memang bukan semata tentang diri sendiri saja. Namun dari diri sendiri lah hidup kamu akan memberi dampak negatif atau positif bagi orang lain. So, keep yourself good.

Sejak hamil, aku sudah bersikukuh agar kelak anak-anakku bisa mencintai ilmu melalui buku. Mengajak anak untuk mencintai buku memang tak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa. Di awal-awal mungkin anak hanya akan melihat sekilas saja, namun kita harus tetap yakin bahwa suatu saat nanti anak kita akan mau mencintai buku.

Begitu juga yang aku lakukan ke Mas Rayyan. Di awal-awal aku membelikan buku, dia sama sekali tidak tertarik. Malah cuma dibuka tutuo dan dibanting. Yah emang baru usai 2th sih waktu itu. Hehe

Seiring berjalannya waktu, Mas Rayyan sekarang udah 3tahun, dan dia mulai suka sama buku-buku yang ibuk belikan.

Ibuk bersyukur, mengajarkan banyak hal jauh lebih mudah melalui buku-buku ini. Mengajarkan salam, kalimat thoyyibah, hingga kalimat magic (minta tolong, terima kasih, dan maaf) pun mulai bisa diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari. Selain dari buku-buku, orang tua juga wajib membiasakan diri menggunakan kalimat-kalimat yang memang sedang diajarkan ke anak ini. Jadi, mengajak anak menuju kebaikan itu mudah kan? 💛

Beberapa bulan yang lalu, aku akhirnya memutuskan untuk mengganti akun instagram pribadiku menjadi akun jualan. Satu demi satu fotonya kuhapus. Ada rasa tak rela, tapi aku harus mampu. Bukan tanpa alasan aku memilih untuk melakukan ini. Alasan utama aku menghilangkan jejak ini adalah demi membasuh kenangan.

Memangnya kenapa? Aku adalah salah satu orang yang susah sekali menghapus kenangan. Apalagi yang menyakitkan. Tanpa kuminta, terkadang kenangan itu muncul ke permukaan. Jadilah hati tak tenang sebab suatu hal sepele yang lagi-lagi membangkitkan memori tak baik di masa dulu. Hingga akhirnya, melepaskan adalah cara terbaik untuk memaafkan diri di masa lalu.

Tak mudah memang, tapi untuk menjadi pribadi yang lebih baik, tentu harus ada perubahan yang berarti. Di mulai dari memaafkan diri sendiri dan menerimanya adalah salah satu cara terbaik untuk menerima takdir Allah di masa kini. Sampai saat ini, aku masih belajar berbenah. Memperbanyak ilmu untuk tazkiyatun nafs. Mengulang permohonan maaf ke Allah sebanyak mungkin atas dosa di masa lalu. Hingga hati kini menjadi lebih lega. Tak lagi banyak mengharap atas dunia. Sebab aku pun tahu, dunia hanya sebutir debu dibandingkan akhirat. Akhirat lah yang kekal. Biidznillah, kita bisa menjadi salah satu dari hamba Allah yang terpilih menjadi penghuni surgaNya dengan memperbanyak amal shalih. Inshaa Allah.