Teguran Halus DariNya

by - 6:54 PM

Langit semakin menua, dan semua makin gelap. Ditambah mendung dan hujan yang mengguyur tanah. Gelap dan dingin. Semakin membuat tubuhku menggigil. Kupandang sekeliling, hiruk pikuk orang-orang dan lalu lalang kendaraan membuat jalanan terlihat sibuk. Padahal hujan deras. Mungkin mereka sedang dikejar waktu, sehingga meski hujan deras mereka tetap nekat, pikirku.
Pikiranku masih menerawang, merefleksi diri. Betapa banyak hal yang kulakukan masih belum tulus, belum lillaahi ta’ala. Aku malu. Sangat sangat malu. Kucoba mengingat kembali saat aku mulai berhijrah. Memperbaiki diri satu demi satu. Dari hijabku, pakaianku, dan kemudian menata hatiku menjadi pekerjaan yang paling berat. Bagaimana tidak, aku harus memblokir berbagai penyakit hati yang dulunya secara tidak sengaja selalu bersarang di hati. Aku mencoba membuang satu demi satu. Sampai sekarang masih kulakukan itu.
Mungkin sebagian bilang aku banyak berubah. Yaa.. Memang. Sekarang aku lebih banyak diam. Mungkin malah bisa dibilang menutup diri, atau lebih tepatnya membatasi diri. Tapi aku harus melakukan itu, aku tak bisa melakukan hal yang sama dengan kalian. Dulu mungkin aku bisa, tapi tidak untuk sekarang. Satu per satu kalian menanyaiku, “Mbak, pacarnya sekarang anak mana?” Aku tersenyum sambil menjawab kalem, “Enggak punya pacar sekarang.” Temanku itu kaget,”Ah, masa? Seorang Yuli gitu nggak punya pacar?” Hatiku miris, Astaghfirullahal ‘adzim. Berarti dulu aku sangat terkenal sebagai seorang muslimah namun suka berpacaran, hingga predikat ‘seorang yuli yang tidak punya pacar itu menjadi sesuatu hal yang mengejutkan?’ Masya Allah.. Hatiku menangis. Mungkin aku tak layak disebut sebagai seorang muslimah. Tapi dengan perubahan yang aku lakukan sekarang ini, aku berharap aku sudah bisa pantas disebut sebagai seorang ‘muslimah’. Seorang muslimah yang bukan hanya sebutan karena aku sudah mengenakan hijab, namun juga karena akhlakku yang semoga saja sudah lebih baik daripada yang sebelumnya.
Jika ditinjau dari segi fisik, seseorang yang sudah mengenakan hijab, mengenakan pakaian yang longgar, sudah bisa disebut muslimah oleh orang-orang. Namun, sudahkah sebutan ‘muslimah’ itu Allah sampaikan untuk kita? Terutama untukku pribadi. Aku merasa belum pantas. Aku merasa hatiku masih sangat kotor.
Aku memang tak pernah terlihat berkhalwat dengan seorang lelaki. Yang berkunjung ke rumah pun tetangga yang sudah mengenalku sejak aku kecil, dan rata-rata dari mereka sudah berkeluarga. Alhamdulillah aku bisa menahan diriku untuk tidak menerima tamu lelaki di rumah. Entah kenapa, tapi aku merasa malu jika ada laki-laki yang berkunjung ke rumah. Karena sudah sejak dulu ibu tidak pernah mengizinkan teman-temanku berkunjung ke rumah. Mungkin terbawa hingga sekarang.
Namun, siapa yang bisa menjamin aku tidak berkhalwat dengan seorang lelaki via sms ataupun social media yang lain? Ya.. Karena pada kenyataannya kadang aku masih melakukannya. Meski hanya sekedar bertegur sapa. Ighfirlii Ya Rabbii.. Aku belum patuh menjauhi laranganMu. Kemudian sebuah pertanyaan muncul dari hatiku, “Bagaimana bisa kau menginginkan Ali jika kau tidak bisa seperti Fatimah?”
Ali yang selalu menjaga sikapnya, seluruh rasa cintanya untuk Fatimah, namun ia tidak pernah mengungkapkan rasa cintanya itu. Ali memendamnya dalam-dalam. Hingga setan pun tak tahu jika mereka saling mencintai. Sedangkan aku? Masya Allah.. Aku malu Ya Rabbi… Maafkan seluruhnya dariku. Mungkin sebuah twit singkat tadi tak akan berarti apa-apa jika tidak Engkau hampirkan hidayah itu untukku Ya Allah.. Terima kasih banyak untuk sebuah teguran halus yang Engkau sampaikan padaku. Sungguh ini sebuah nikmat dariMu untukku bisa memperbaiki diri lagi.

Catatan perjalanan,
150213

You May Also Like

0 comments

Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. ALhamdulillah