Lembaran Kisah Baru

by - 10:41 PM

Senja menghangat. Membubuhi ufuk barat menjadi kemuning. Derai angin membelai nyiur hingga tangan-tangan mereka melambai.
Sore ini aku tak bermain pasir dan ombak seperti hari kemarin. Aku hanya duduk di bawah pohon sambil sesekali membidikkan kameraku ke beberapa arah. Rasanya tak ada yang menarik senja kali ini. Mungkin akan lebih baik kalau aku pulang saja.
Kupacu motorku pelan. Pulang kerja rasanya seperti terkuras habis tenagaku. Ya.. Hari ini cukup menguras tenaga. Tadi siang Pak Wiryo memanggilku ke ruangannya. Katanya bulan depan aku ada jadwal dinas ke luar kota, Makassar tepatnya. Aku sempat kaget tadi. Makassar, berarti kemungkinan besar aku akan bertemu lagi denganmu Bi. Hei apa kabar kamu sekarang? Rasanya baru minggu kemarin kamu berangkat Bi. Hampir 2 tahun ya Bi kita tak pernah bertemu. Kau mungkin akan pangling nanti setelah bertemu denganku. Yaa.. Sekarang aku sudah memakai hijab. Kau tak akan mengenal lagi Feny yang tomboy seperti 2 tahun lalu. Memang belum lama Bi kukenakan hijab ini. Baru 5 bulan. Ya.. 5 bulan sejak bertemu dengan 'dia'. Ahh aku belum bercerita apapun ya Bi ke kamu? Terakhir kau menghubungiku via Email. Itupun sudah 2 minggu yang lalu. Waktu itu kau bercerita tentang pihak manajemen yang kurang optimal dan tegas menghadapi masalah yang muncul. Kau sempat juga sertakan fotomu di pantai sana. Ahh indah sekali pantai itu Bi. Semburat jingga dan pasir putihnya. Mengingatkanku pada Karimunjawa. Ahh.. Kapan lagi aku ke sana ya Bi? Aku hanya tersenyum sekilas.

#Teras Senja
Ruangan ini tempat favorit kedua setelah kamar. Biasanya aku akan betah berlama-lama di sini. Yaa.. Sebuah kebun kecil dengan aneka bunga mawar. Semua warna ada. Semua koleksiku kurawat dengan baik. Yang paling membuatku betah adalah kolam kecil dan air mancurnya. Ikan kokinya gemuk-gemuk sekarang. Aku tak rela jika ikan itu sampai ada yang mati. 8 ekor ikan koki yang lucu-lucu. Pemberianmu Bi. Masih kurawat dengan baik. Mereka sudah besar-besar Bi. Kapan Bi kamu main kesini lagi?
"Fen, serius aku betah banget berlama-lama di sini. Kebun mini ini adem banget. Kapan-kapan boleh main kesini lagi kan Fen?" ujarmu sumringah.
"Tentu saja boleh Bi," Kuletakkan jus mangga di meja bundar dekat kolam.
"Fen, ini yang buat design kebunnya siapa? Kamu sendiri?"
"Iya. Waktu itu iseng-iseng aja buat. Trus aku tunjukin ke mama sama papa. Mereka agree banget. Makanya langsung aku minta Pak Amin untuk buatin kebunnya."
"Wahh.. Kamu hebat juga ya Fen. Salut dehh aku ma kamu." Senyuman mautmu Bi. Ahh.. Wajahku merona pasti waktu itu.
Dan lusa kita akan bertemu Bi.
Aku masih suka membuka lembaran-lembaran buku usang tentang kita. Meski kau tak pernah tahu. Tak apa. Tak menjadi soal. Bahkan kau tak pernah tahu bukan jika cinta ini tetap mengalir sejak 4 tahun yang lalu. Miris ya Bi? Bahkan kau sama sekali tak tahu. Kau yang tak peka atau bagaimana Bi? Kata Firda, queen cerewet itu, aku memang tipe orang yang selalu bisa menyembunyikan berbagai hal dengan sempurna. Kepiawaianku rupanya juga berlaky untuk menyembunyikan perasaanku padamu Bi. Bahkan untuk kurun waktu yang lama ini, kau sama sekali tak tahu. Padahal semua sudah tertumpah di Blog pribadiku. Semua sketsa tentangmu ada di sana Bi. Tapi aku juga tahu, kau bukan tipe orang yang suka surfing ataupun blog walking untuk mencari hal-hal yang tak jelas. Aku kembali tersenyum mngingatmu. Ahh rasanya kau susah sekali untuk kukupas dari ingatanku. Padahal sudah sangat jelas di depan mata, kau lebih memilih Prita, bukan aku! Kembali kurasakan sesak menyelubungi diri. Hawa disekelilingku juga tak bersahabat. Kuputuskan untuk masuk ke kamar dan merebahkan diri di atas kasur. Aku berharap esok hari ingatanku tentangmu bisa sedikit terkupas.

-##-

MAKASSAR, Pagi Buta.

Pukul 07.00 WITA. Sepagi ini aku sudah sampai di Makassar. Ya, mulai hari ini aku akan dinas di kota ini untuk sebulan kedepan. Semoga lancar dan bisa segera kembali ke Balikpapan, ujarku lirih.
Langkah kaki kupercepat. Berharap jemputanku sudah datang. Karena, jujur, ini kali pertama aku menginjakkan kaki di Makassar. Ramai juga yaa..
Hampir 15 menit aku menunggu di ruang tunggu. Tak ada juga jemputan yang datang. Padahal sudah ada intruksi langsung dari Pak Bos di sini. Fiuhh.. Aku mulai capek dan lapar. Belum sarapan apa-apa. Kulangkahkan kaki ke Bakery samping ruang tunggu.
Deg.. Aku tak salah lihat kah? Itu...
"Fenny ya?" tanyamu santun. Aku hanya mengangguk sambil senyum. Kau hebat masih bisa mengenaliku meski aku telah berubah.
"Bagaimana kau bisa tahu Bi?" tanyaku penasaran, yaa aku penasaran.
Kau menjawab dengan santai, "Suatu saat kau juga akan tahu," kau tersenyum.
"Maksud kamu apa Bi?"aku makin penasaran.
"Ayo kita lekas ke kantor. Kau sudah ditunggu oleh Pak Bima," kau berjalan mebdahuluiku. Bi, maksudmu tadi apa? Kau tahu bukan? Aku paling tak bisa dibuat penasaran. Aku bergegas mengikuti langkah kaki Abi.
Pada embun pagi yang mendatangkan rintik di ujung daun. Juga pada mentari yang membuat embun lekas menguap. Kutitipkan sinar sumringah pagi ini. Mungkin akan tetap sama seperti hari kemarin, akan tetap berbalut luka.

You May Also Like

0 comments

Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. ALhamdulillah