Setangkup Cerita Senja

by - 11:23 PM

Ada beberapa lembar kenangan yang terus menjuntai. Memergoki diri yang terlalu naif ingin melupakan kelambu masa lalu itu. Hingga tiba di masa sekarang, aku masih dengan cerita lama yang sekarang menjelma menjadi kemuning senja.
Rupanya ratu pelangi sedang berbaik hati menaburkan serbuk pelanginya. Hingga senja kali ini penuh warna di langit sana. Aku sudah bersiap dengan kamera kesayanganku. Mencoba meneleti langit dan mencari titik fokusnya. Berharap dapat 'angel' itu. Kliik... Ahh kurang tepat rasanya. Aku berjalan menyusuri bibir pantai. Kulihat sepasang muda mudi. Sedang ngobrol serius sepertinya. Kubidikkan kamera ke arah mereka berdua. Dengan background pelangi yang masih melengkung indah. Senja mulai mampir sepertinya. Geser ke kiri sedikit lagi. Kliikk.. 'Yeyy.. Akhirnya dapat juga'. Aku tersenyum. Namun tak lagi dapat melompat kegirangan seperti 5 tahun silam. Yaa.. Saat aku belajar memotret pertama kali. Dan kamu lah yang setia dan sabar menemaniku di Pantai Manggar ini. Abi, bagaimana kabarmu? Kau sudah lama tak ada kabar. BM ku tak pernah kau balas, bahkan email pun juga tak kau balas. Sibuk sekali kah dirimu, Bi?
Aku kembali melangkah. Membiarkan ombak-ombak kecil mejilati kakiku yang telanjang. Aku tersenyum. Pantai ini milik kita Bi. Di sinilah segenggam hati pasir itu pernah kau kenalkan padaku.
"Fen, duduk sini di sebelahku," ujar Abi seraya duduk di atas pasir kering, dibawah pepohonan yang tumbuh di sekitar pantai. Aku pun menurut.
"Coba lihat deh!" Kamu sibuk mengumpulkan pasir, kemudian mengambil sejumput dan kau menekuk jari-jari tanganmu. Sehingga pasir itu bisa membentuk sebuah hati. Ahh.. Aku kagum sekali waktu itu, Bi. Lalu ku ambil foto, dengan beberapa pose yg berbeda-beda. Aku tak lupa mengambil wajahmu juga Bi.
"Fen, kalo kamu memiliki sebuah hati yang mencinta, jangan kau miliki hati seperti pasir ini. Diterpa hujan, dia akan ikut larut. Diterpa angin, dia akan menebar membentuk debu. Dan jika diterpa matahari, ia akan menjadi panas dan menyakitkan. Untuk itu, milikilah sebuah hati yang mencinta layaknya karang itu. Dia kokoh, kuat, tak gampang larut dan tegar." Ahh.. Abi.. Aku hanya manggut-manggut. Semoga cintaku ini juga sekokoh karang itu, Bi, sahutku pelan dalam hati. Tak apa, kau tak menyayangiku Bi. Asal kau ada, itu sudah cukup. Meski bukan ragamu yang ada di dekatku, setidaknya cerita tentang sebuah hati berpasir ini pernah menjadi alunan nada dalam kenangan kita Bi, meski aku tak yakin kau masih mengingatnya.
Sore ini pantai tak begitu ramai, hanya ada beberapa orang saja yang berolahraga sore di pantai dan beberapa remaja tengah asyik main bola. Kuarahkan kameraku ke segerombolan remaja itu. Asyik sekali rasanya melihat mereka bermain. Aku tersenyum. Seperti melihat kebebasan mereka melakukan apapun yang mereka inginkan. Menendang, mengoper, dan mencoba mencetak sebuah goal sebagai tanda kemenangan. Ahh asyik sekali...
Kutengok jam di pergelangan tanganku, sudah menunjukkan pukul 5 sore rupanya. Untung tadi sudah sholat di kantor sebelum ke pantai. Kulangkahkan kaki menuju halaman parkir sepeda motorku. Ku masukkan kamera ke dalam ransel. Kuurungkan niatku untuk memasukkan kamera ke dalam ransel, ada objek baru yang bagus untuk ku jepret. Yaa.. Itu Prita dan Rizal. Mereka berdua tengah asyik bercengkrama. Jika kusebut mereka hanya berteman rasanya tak pantas. Bagaimana bisa berteman kok sampai peluk-pelukkan seperti itu. Aku ber istighfar dalam hati. Kasihan sekali kamu, Bi.
"Fen, Prita itu baik sekali. Dia juga sangat perhatian, bisa ngertiin aku yang sibuk banget. Aku juga makin semangat ngumpulin uang untuk pernikahanku dengannya 3 tahun lagi. Doakan ya Fen?" ucapmu dengan semangat yang berapi-api. Kau secara tak sengaja sudah menghancurkan impianku Bi. Hatiku perih merintih. Kau seserius itu kah dengannya Bi? Mataku memanas dan buliran air mata kembali tumpah. Bentengku belum cukup kokoh untuk mendengar berita itu Bi. Kuseka air mata dan kubalas chat mu. "Semoga segalanya dimudahkan ya, Bi." Ya.. Hanya itu saja Bi. Selebihnya aku sudah tak mampu.
Aku terjaga dari lamunan ketika sebuah bola tepat mengenai kepalaku. Rasanya ngilu. Kuelus-elus kepalaku.
"Maaf ya, Kak. Saya kurang hati-hati nendang bolanya," ucap remaja itu sambil memungut bola.
"Iyya dek. Gak apa-apa kok. Nantinya lebih hati-hati ya main bolanya,"kataku meringis menahan sakit. Masih ngilu yang sama. Namun masih lebih berat ngilu yang kurasa saat kulihat kau dikhianati oleh kekasihmu sendiri Bi. Aku masih bingung antara mengirim foto2 ini ke kamu, atau aku harus menyimpannya rapat-rapat? Ku starter motornku dan segera beranjak pergi daripada melihat Prita bermanja-manjaan dengan Rizal.

Aku masih dengan cinta dan rasa yang sama, Bi. Sama sejak 4 tahun yang lalu.

You May Also Like

0 comments

Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. ALhamdulillah