Kunamai Kita Genggaman Senja

by - 11:13 PM


Waktu bergulir. Satu demi satu pahatan kenangan lekas menghilang. Entah mungkin karena diguyur hujan terus menerus, hingga kini semakin lama semakin lebur. Yang ada hanya sebuah tugu yang kemudian makin kukokohkan dengan doa yang tak pernah putus. Yaa… Hari pernikahan itu tiba.
Sudah sejak subuh tadi aku bersiap. Setelah istirahat yang cukup, aku mulai menyiapkan diri untuk acara pernikahanku hari ini. Tak kusangka akan secepat ini. Bayangan ayah tiba-tiba melintas. Ahh.. Ayah, andai kecelakaan itu tak merenggut nyawamu, tentu saja kau akan menyaksikan pernikahan putrimu yang sangat manja ini. Air mataku menitik. Tidak.. Aku tak boleh bersedih hari ini. Semua yang sudah terjadi sudah menjadi kehendakNya. Aku tak akan bisa mengembalikan semua itu.
Semua orang sibuk. Acara pernikahanku tak mewah. Juga tak mengundang orang banyak. Hanya sebatas keluarga dekat, tetangga, dan relasi kerjaku dan juga Mas Adri. Aku dan Mas Adri memang tak menginginkan pesta mewah untuk acara pernikahan kami. Cukup yang sederhana namun bermakna.
“Kamu sudah siap, Sayang?” tanya mama. Aku berbalik menghadap mama. Berharap mama memberikan komentar atas penampilanku hari ini.
“Gimana ma? Ada yang kurang tidak?”
“Kamu cantik sekali Sayang hari ini,”kata mama seraya membenahi letak bros di kepalaku. Mama memandangku dan aku langsung memeluk mama erat. “Fenny, jadilah istri yang baik bagi suamimu. Jangan hanya bersenang-senang atas pemberian suamimu, tapi kamu juga harus membantunya untuk tetap kuat. Setiap diri pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kamu jug, Sayang. Kamu harus bisa menerima kekurangan dan kelebihannya. Kamu ngerti kan Fen?” Aku mengangguk pelan.
“Iya, Ma. Fenny ngerti.”
“Ya sudah, ayo keluar. Itu sudah ditunggu sama semuanya untuk akad nikahnya. Jangan lupa terus berdoa, dan jangan sampai gugup.” Mama menuntunku ke ruang tengah. Semua orang sudah menunggu untuk mengantarku ke Masjid dekat rumah. Mas Adri sekeluarga sudah di sana. Aku cukup gugup melangkah menuju masjid itu.
“Saya terima, nikah dan kawinnya Fenny Angela Rumy binti Purwadi dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 16,08 gram dibayar tunai.”
“SAH.”
“SAH.”
“SAH.”
Alhamdulillah. Ucap syukur meluncur dari bibirku, juga semua orang yang hadir. Kuhampiri Mas Adri, yang kini telah sah menjadi suamiku. Sinar kebahagiaan menyeruak di antara binar matanya, begitu juga denganku. Kucium tangannya, dan Mas Adri mengecup puncak kepalaku. Belum pernah aku merasa sebahagia ini. Air mata meluncur perlahan. Mas Adri mengusap air mataku dengan tangannya yang hangat. Aku tersenyum.
Acara pernikahan selesai tepat pukul 13.00. Memang sengaja hanya sampai pukul 13.00. Karena acaranya yang sederhana, juga undangan yang tak banyak. Ada rasa tersendiri yang menggelitik perlahan di hati. Sedari tadi kuperhatikan Mas Adri. Serasa hanya ada percakapan antara aku dan hatiku. Mas, kau tampan sekali. Dan sejak ijab itu dilantunkan dan semua menjadi luapan kasih yang halal, aku mulai jatuh cinta padamu. Yaa… Dan dari detik ke detik berikutnya makin bertambahlah rasa cintaku padamu. Andai kau bisa mendengar ini Mas. Aku tersipu.
“Yaa.. Aku bisa mendengarnya, Fen,”kata Mas Adri sambil mendekatkan bibirnya ke telingaku. Sangat lirih. Tapi aku bisa mendengar sangat gamblang. Kau tersenyum dan mengerling ke arahku. Wajahku merona. Aku menunduk dan tersipu-sipu. Mas Adri menggenggam tanganku dan mengajakku ke dalam rumah. semua tamu undangan sudah pulang. Tinggal beberapa keluarga dan orang yang rewang di rumah sedang berberes.
“Fen, bantu mama sebentar sini Sayang,” teriak mama dari dalam kamarnya. Aku memandang ke arah Mas Adri. Dia mengangguk dan tersenyum. Kulepaskan genggamannya yang hangat dan melangkah menuju kamar mama.
“Ada apa Ma?”
“Ini tadi ada kado khusus dari Paklik Indra. Nih, buka aja,” kata mama seraya menyodorkan sebuah amplop.
“Apa ini Ma?” Aku penasaran.
“Buka aja.” Kubuka amplop itu dan di dalamnya ada sebuah kertas yang bertuliskan Paket Honeymoon ke Karimunjawa Island. Mataku terbelalak. Karimunjawa? Ahh…. Itu salah satu tempat impian yang sangat ingin aku kunjungi. Baru tadi malam aku berpikir untuk kusampaikan kepada Mas Adri, jika aku ingin tour ke Karimunjawa. Eh, sekarang malah dapat Paket Honeymoon dari Paklik? Mataku berbinar dan langsung kupeluk mama.
“Selamat ya Sayang?”
“Makasih Ma. Nanti kutelepon Paklik untuk mengucapkan terima kasih.” Mama hanya mengangguk.
“Sana, temani suamimu,” goda mama. Aku tersipu.
“Ahh.. Mama.” Lagi-lagi wajahku merona. Mungkin sekarang sudah merah padam.
“Sudah sana masuk kamar.” Aku pun melangkah keluar dari kamar mama. ada rasa gugup tersendiri ketika melangkah menuju kamar.
“Assalaamu’alaikum,” ucapku pelan sambil melangkah masuk ke kamar. Dadaku bergemuruh.
“Wa’alaikumsalam. Masuk sini,” ucap Mas Adri. Aku mengangguk dan melangkah masuk.
“Tadi ada apa dipanggil mama?” Mas Adri menyilahkan aku untuk duduk di sampingnya. Aku hanya menurut dan duduk.
“Ohh.. Ini Mas. Dapat Paket Honeymoon dari Paklik Indra. Itu tadi Paklik yang pakai baju batik yang duduk di sebelah mama pas bubaran acara tadi,” kataku seraya menyerahkan amplop itu ke Mas Adri.
“Alhamdulillah. Jadi kapan kita berangkat Honeymoon?” tanya Mas Adri. Aku hanya tersenyum dan lagi-lagi menunduk menahan malu. Pipiku pasti merona merah lagi.
“Kamu makin cantik kalau pipimu merah merona kayak gitu, Sayang,” kata Mas Adri menggoda. Aku makin tersipu menahan senyum.
“Kubacakan doa dulu setelah itu kita sholat sunnah ya?” Aku hanya mengangguk. Mas Adri membacakan doa dengan khusyuk. Entah doa apa yang dia baca. Namun, sungguh mampu membuat hatiku bergetar dan buliran air mata itu jatuh sudah. Aku menangis dalam hawa kebahagiaan yang dibawa oleh doa luhur yang dibacakan oleh Mas Adri. Selesai membacakan doa, Mas Adri mengecup keningku dan menangkupkan kedua tangannya di wajahku. Mas Adri mengangkat wajahku dan membawa mataku untuk menatap matanya yang hitam pekat. Ada sinar cinta di sana. Cinta yang agung dan luhur. Cinta suci yang dibawanya dalam pernikahan ini. Ahh Mas…. Aku makin cinta padamu. Aku menangis haru.
“Lho, kenapa malah menangis?” tanya Mas Adri panik. Aku menggeleng pelan dan mengusap air mataku segera.
“Mas, Fenny sayang dan cinta sama Mas,” ucapku lirih dan kuberikan senyum termanisku untuk Mas Adri.
“Mas juga sayang dan cinta banget sama kamu, Fenny. Kita bangun bersama rumah tangga kita. Semoga berkah hingga surge kelak.” Mas Adri memelukku erat, kali ini kubalas pelukan hangat itu. Ahh.. Damai sekali dalam pelukanmu Mas… Ucap batinku lirih.
Senja menjelang. Garis kemuningnya menampakkan wajah berseri mengantarkannya pada awal pernikahanku. Bayangan Abi tiba-tiba datang. Rupanya kau memang tak bersedia datang ke pernikahanku Bi? Ada sedikit rasa kecewa. Namun kutepis begitu saja. Ini hari pernikahanku. Aku tak ingin ada yang merusak kebahagiaan ini.
“Sayang, kau sudah wudhu belum? Ayo kita sholat sunnah dulu,” kata Mas Adri sambil menggelar sajadah di samping meja rias.
“Belum, Mas. Sebentar ya, aku wudhu dulu.” Aku bergegas menuju kamar mandi di samping kamar. Aku ingin segera membuang jauh-jauh bayangan Abi. Yaa.. Kau harus segera kulenyapkan, karena kini sudah ada orang yang lebih berhak daripada dirimu Bi.
Selesai sholat sunnah Mas Adri membacakan doa. Cukup panjang. Dan untuk kedua kalinya, aku menangis tergugu dalam doanya. Ya Allah… Terima kasih Engkau telah mengirimkan imam yang sungguh mulia ini, ucapku lirih. Mas Adri ikut menangis dalam doanya. Mas, aku mencintaimu seutuhnya. Kuusapkan kedua tanganku ke wajah seusai Mas Adri membacakan doa. Mas Adri berbalik dan kucium tangannya. Kutatap wajahnya. Ahh… Tatapan dalam pada mata pekat itu, kini akan kujumpai setiap hari. Mas Adri mengecup keningku lagi. Kupejamkan mataku menikmati kecupan hangat itu. Dan senja meredup seiring dengan kecupan itu berakhir. Mungkin senja mulai cemburu padaku. Dan untaian kalimat romantis mungkin akan segera kuluncurkan untuk malam pertama ini. Aku tersenyum dan Mas Adri mendekatkan wajahnya perlahan.
Tak ada yang mengalahkan kebahagiaan sepasang kekasih yang telah halal. Apalagi yang ditakutkan, jika semua hal yang dilakukan bersama-sama kini menjadi lading pahala yang siap disemai dengan benih cinta yang agung, kemudian dipupuk dengan kasih sayang dan saling pengertian. Maka, menikahlah.

=== End ===

You May Also Like

1 comments

Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. ALhamdulillah