Catatan Senja

by - 9:07 PM

Kita punya cerita. Berawal dari sekenarioNya. Kita jadi lakon dalam cerita ini.
Senja menyeruak di langit Balikpapan. Menghadirkan sasana merah jingga di ufuk barat. Menghantarkan arak-arakan awan bersama burung-burung kembali ke sangkarnya.
Aku masih ada di kerumunan orang yang sibuk dengan dinamika kerja perkantoran. Semua serba sibuk, tak ada tangan yang berhenti bekerja memencet tuts keyboard itu. Aku salah satu di antara mereka.
Kuperhatikan kamu tanpa kau ketahui. Mungkin aku hanya diam, namun perasaanku terus bergerak. Entah kenapa makin hari makin terasa berat untuk menjauhimu. Ragaku mungkin bisa bergerak menjauh, namun hatiku, siapa bisa menjamin?
Kau bukan seutuhnya yang kucari. Aku sering kesal saat *reminder* ku untukmu mengerjakan sholat sering kau abaikan. Serasa masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri. Ihh.. Rasanya ingin kujitak kepalamu. Namun aku kembali hanya diam dan berlalu dari hadapanmu.
Aku sudah menganggapmu seperti abangku sendiri. Entah perasaan serupa apa ini. Aku tak mengerti. Hanya merasa nyaman saat di dekatmu. Saat kau pergi, aku seperti takut kehilangan. Meski itu kau hanya pulang. Dan esok hari kau sudah masuk kerja lagi.
Hey, *mas baju lurik putih biru*. Kenangan kita tak banyak. Aku hanya suka mengamatimu. Memperhatikanmu dari jauh, seolah kau hanya jadi kenangan untuk esok lusa.
"Dek, jangan lupain abang ya kalau besok kamu sudah tak di sini." Itu perkataanmu tempo hari. Aku hanya tersenyum kala itu sambil mengangguk, mengiyakan.
Kau tak perlu tahu seperti apa perasaan yang berkecamuk dalam hati ini. Cukuplah aku yang tahu. Entah cerita kita kan dibawa kemana olehNya.
"Kejarlah mimpimu, Bang. Aku hanya bisa membantu doa untukmu. Satu pintaku, Jaga Ibadahmu, Bang. Aku tak bisa selamanya menjadi alarm sholatmu. Kau harus menyadari itu sendiri. Bukan karena aku atau karena siapapun. Tapi karena kau butuh DIA untuk berjalan sepanjang kau hidup. Aku tahu sibuknya kamu, Bang. Tapi kumohon 5 waktu itu benar-benar kau jaga. Itu saja. Aku tak memintamu untuk tak melupakanku Bang. Jika dengan melupakanku adalah inginmu tak apa. Aku ikhlas.
Aku masih ingat jelas percakapan senja kala itu. Saat kita awal-awal dekat. Saat aku mulai simpati padamu. Bahkan saat di awal training kerja kala itu, kita duduk berdekatan karena nama kita hampir mirip. :) Aku masih canggung karena aku anak baru. Kau tak tahu polosnya aku ya bang? :)
Juga senja di gunung dup kala itu. Aku menyimpan kenangan tersendiri bang. Saat aku bisa menatap hamparan laut yang luas. Juga menikmati senja, bersamamu.
Ahh.. Rasanya semua hanya jadi kenangan di kota kilang minyak ini. Aku hanya mampu berdoa untukmu bang. Semoga kau selalu dalam lindunganNya. Aku tak mampu berharap banyak atas perasaan ini bang. Biarlah kau tak perlu tahu tentang ini. Cukup aku yang melukiskan kenangan dalam goresan senja, karena tiap senja berkunjung kurapikan lagi catatan tentang kita. Berharap ada senja yang sama suatu hari nanti.

-Bpn, 10/11/12-

You May Also Like

1 comments

  1. Sedalam apa fi??
    Tumben bgt mampir kesini ehh... :)

    ReplyDelete

Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. ALhamdulillah